Senin, 21 Maret 2011

Longsor ‘Kurung’ Barat-Selatan

* BMCK Aceh Koordinasi dengan PU Sumut
Sat, Feb 5th 2011, 11:46

SUBULUSSALAM - Transportasi darat Aceh-Sumatera Utara (Sumut), baik melalui jalur barat-selatan maupun jalur alternatif di lintas tengah semakin berisiko karena rawan longsor. Bahkan, di jalur selatan, hingga Jumat kemarin masih lumpuh karena titik longsor semakin banyak mulai dari Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam hingga Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumut. Laporan yang dilansir serambinews.com, hingga Jumat (4/2), terdapat 35 titik longsor, dengan kondisi terparah di wilayah Pakpak Bharat, tepatnya di kawasan Desa Tanjung Mulia. Ratusan kendaraan berbagai jenis--termasuk truk pengangkut barang kebutuhan rakyat--terjebak di sekitar titik-titik longsor.

Seorang sopir truk barang yang rutin melayani jalur Sumut-Aceh, M Nasir Abu yang dikenal dengan panggilan Bang Gade kepada Serambi mengatakan, seharusnya kalau jalur selatan bermasalah, awak truk bisa saja mengalihkan lewat jalur Medan-Banda Aceh dan masuk ke barat-selatan melalui jalur Geumpang-Tutut. Tetapi, kata Gade, jalur Geumpang-Tutut juga semakin rawan dilewati karena badan jalan yang semakin sempit akibat digerus longsor. Sebenarnya, lanjut Gade, masih ada jalur lain bagi awak truk dari Medan untuk menuju barat-selatan Aceh yaitu lewat pesisir barat, tetapi itu pun sedang sangat bermasalah di lintasan Lamno-Calang. “Seperti tak ada lagi jalur aman untuk transportasi barang dari Medan ke Aceh. Kalau masalah ini tak segera diatasi, Aceh akan benar-benar terkurung,” kata Gade yang tadi malam sudah berada di Meulaboh, setelah truknya harus merenangi aliran sungai Lamdurian di Kecamatan Jaya, Lamno akibat jembatan Kartika masih rusak.

Ditangani darurat
Kadis Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Muhyan Yunan yang ditanyai Serambi terkait banyaknya longsor badan jalan di lintas Sumut-Subulussalam-Tapaktuan mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan PU Sumut untuk penanganan secepatnya. Muhyan mengatakan, menurut laporan dari PU Kota Subulussalam dan Tim Pemantau Jalan Lintas Subulussalam-Tapaktuan dari Dinas BMCK Aceh, badan jalan yang longsor umumnya berada di perbukitan. Jumlahnya mencapai 20 lokasi dan kondisi terparah di Desa Lae Ikan, Kota Subulussalam dan Batu Itam, Aceh Selatan.

Longsor di Lae Ikan, kata Muhyan, sudah ditangani PU Kota Subulussalam dan sudah bisa dilalui truk barang dan bus penumpang umum. Begitu juga di Batu Itam, sudah ditangani secara darurat oleh PU setempat bersama Dinas BMCK Aceh. “Arus transportasi barang dan orang dari Subulussalam-Tapaktuan sudah normal dengan perjalanan yang sangat hati-hati,” ujar Muhyan. Di lokasi longsor, badan jalan yang ditangani secara darurat ditempatkan aparat keamanan untuk mengatur dan menuntun truk-truk barang maupun bus penumpang supaya hati-hati karena badan jalan yang tersisa sekitar dua meter. “Untuk badan jalan yang tersisa dua meter akan dilebarkan ke arah tebing gunung hingga mencapai empat. Itu baru bisa dilakukan Senin depan, menunggu masuknya alat berat yang mampu mengeruk dinding gunung dan bukit yang banyak batunya,” kata Muhyan.

13 rumah rusak
Dampak longsor di kawasan Kota Subulussalam bukan saja melumpuhkan transportasi darat Sumut-Aceh tetapi juga telah merusak sedikitnya 13 unit rumah di Desa Lae Ikan. Dari jumlah itu, sembilan unit rusak berat dan empat lainnya rusak ringan. “Ada lima kepala keluarga yang harus mengungsi karena tempat tinggal mereka tak bisa dihuni lagi,” kata Kepala Desa Lae Ikan, Jhoni Bancin. Kelima kepala keluarga korban longsor yang harus mengungsi masing-masing Heldri Bako, Mariyah Bru Bancin, Masniyah Bru Solin, Dumarah Bru Jabat, dan Maroko Capah.

Menurut pendataan pihak desa, sembilan rumah yang rusak masing-masing milik Rentang Bru Bancin, Heldri Bako, Mariyah Bru Bancin, Masniyah Bru Solin, Dumarah Bru Jabat, Maroko Capah, Surpe Masda, H Sehat Brutu, dan Jamariyah Bancin. Pemko Subulussalam sudah menyalurkan bantuan masa panik. Sedangkan PMI menyalurkan bantuan perlengkapan kesehatan 48 paket, selimut 40 lembar, genset serta beko sorong. Bantuan diserahkan Ketua PMI Subulussalam, Bakhtiar HS kepada Kepala Desa Lae Ikan, Jhoni Bancin. Pada Maret 2010, Desa Lae Ikan juga diterjang banjir dan longsor, bahkan pada musibah itu merenggut dua korban jiwa yang merupakan pasangan suami istri.

Tak ada perhatian
Kepala Desa Lae Ikan mengeluhkan tidak adanya perhatian Pemerintah Aceh terkait penanganan box culvert di jalan nasional, lokasi longsor. Box culvert tersebut menjadi penyebab longsor karena kerap tersumbat hingga membuat air melimpah dan meluap ke permukiman penduduk. “Pemukiman tergenang air bercampur lumpur. Penyebabnya itu-itu juga, tetapi tak pernah ada perhatian. Tak ubahnya keledai yang terperosok ke lubang yang sama,” katanya. “Mengenai janji relokasi rumah penduduk, juga tak pernah terealisasi,” lanjut Jhoni Bancin.(kh/nas/her)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar