Jumat, 27 Mei 2011

DPD Apkasindo Tolak Perluasan HGU

Thu, Mar 31st 2011, 14:39

SUBULUSSALAM – Pemerintah Kota Subulussalam diminta tidak mengeluarkan izin kepada pemilik Hak Guna Usaha (HGU) yang ingin membuka lahan baru dengan dalih kebun plasma. Pasalnya, program pembukaan kebun plasma tersebut ditenggarai sebagai kedok perusahaan agar dapat menambah luas arealnya.
Permintaan itu disampaikan, Netap Ginting, Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam kepada Serambinews.com, Kamis (31/3/2011), di ruang kerjanya.
Netap yang merupakan ketua Komisi B bidang perkebunan, kehutanan dan perekonomian DPRK Subulussalam mengatakan penolakan tersebut bukan berarti pihaknya menghambat keinginan investor untuk berinvestasi ke Subulussalam melainkan sebagai upaya peningkatan perekonomian masyarakatnya. Sebab, kata Netap, jika perusahaan pemilik HGU di Subulussalam ingin benar-benar melaksanakan program kebun plasma sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang bisa dilakukan dari luasan areal yang telah ada.
Untuk pemberdayaan perekonomian masyarakat, Netap menyarankan agar pemerintah setempat menginventarisir semua lahan yang masih tersedia guna dimasukkan dalam program pengembangan perkebunan rakyat. Apalagi, sumber dana untuk program perkebunan rakyat menurut Netap cukup banyak seperti APBN, APBA dan Otonomi khusus (Otsus). Masalah komoditi, Netap mengatakan tidak harus kelapa sawit tapi bisa dikembangkan jenis lain seperti coklat (kakao), karet atau tanaman lain yang sesuai dengan struktur tanah.(khalidin)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 09 Mei 2011

Pemprov Diminta Tangani Jalan Subulussalam-Runding

Mon, Mar 28th 2011, 08:08


Badan jalan provinsi di sebuah tikungan menanjak Lae Kombih, Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam amblas dan belum ada upaya perbaikan dari dinas terkait. Foto direkam, Sabtu (26/3). SERAMBI/KHALIDIN

SUBULUSSALAM - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh diminta agar menangani kerusakan belasan kilometer jalan provinsi sejak di persimpang tugu Subulussalam hingga Simpang Suka Makmur, Kecamatan Runding. Pasalnya, kerusakan jalan yang terjadi selama hampir tiga tahun terakhir ini sudah sangat mengganggu aktivitas warga.

Pantauan Serambi, Sabtu (26/3), kerusakan terparah sejak dari turunan depan Puskesmas Simpang Kiri hingga Tanjakan Sikalondang di mana sebahagian besar badan jalannya “kriting” dengan lubang-lubang yang menganga hingga dua meter.

Kedalaman lubang yang mencapai 25 centimeter membuat kendaraan berbadan kecil kesulitan melintas. Kondisi itu menyebabkan pengendara yang melintas harus hati-hati karena bisa saja menimbulkan kecelakaan lalulintas.

Lubang jalan lainnya menghiasi hingga ke Desa Kampung Badar dan Teladan Baru. Tidak hanya itu, kondisi jalan Subulussalam-Runding yang sangat vital bagi masyarakat Kota Subulussalam bagai tak bertuan karena tampak semak-semak yang mempersempit ruas jalan.

Warga mengaku akibat buruknya sarana jalan tersebut telah banyak mencelakakan pengendara khususnya pengendara motor terutama musim penghujan dan malam hari. “Sering kecelakaan karena banyak lubang besar,” kata Syamsuddin, salah seorang pengendara.

Kondisi serupa juga terjadi pada ruas jalan nasional Subulussalam-Tapaktuan. Selain sudah banyak berlubang juga terdapat badan jalan amblas seperti di Simenjeren, Simpang Jongkong, Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat dan Kedabuhen, Desa Jontor, Kecamatan penanggalan. Karena itu, warga mendesak pemerintah provinsi agar segera memperhatikan kondisi jalan di sana sebelum menimbulkan korban.

“Kami berharap agar jalan ini segera di perbaiki karena kerusakannya sudah semakin parah dan hal ini mengganggu aktivitas warga,” timpal warga lainnya.

Di sisi lain, Pemerintah Kota (Pemko) Subulussalam diminta agar mengalokasikan dana untuk mengaspal sejumlah badan jalan di pusat kota. Seperti jalan di Lorong Kombih, Subulussalam Utara. Sepanjang 200 meter ruas yang menghubungkan Jalan Pertemuan ke Malikussaleh kini rusak parah.

Kondisi yang sama juga dikeluhkan masyarakat yang bermukim di lorong Cinta Dame atau Jalan lae Mate, Subulussalam Barat. Di sana ada sepanjang 250 meter jalan masih berupa tanah hingga menjadi “bubur lumpur” saat musim penghujan.”Kalau hujan seperti bubur lah lumpurnya,” kata Ali Basya, warga setempat.(kh)

Sumber : Serambinews.com

Lintas Subulussalam-Medan Rawan Longsor

Sun, Mar 27th 2011, 08:30

SUBULUSSALAM - Para pengendara yang melintasi Jalur Jontor-Lae Ikan hingga kawasan Sitellu Tali Urang Jehe (STTU JEHE) Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara diimbau agar berhati-hati. Pasalnya, kawasan tersebut merupakan daerah rawan longsor terutama ketika cuaca ekstrim berupa hujan deras beserta angin kencang yang terjadi beberapa hari terakhir ini.

“Memang saat ini masih aman, tapi bagi pengendara yang melintas harus tetap waspada karena kapan saja bisa terjadi,” kata Keuchik Lae Ikan, Jhoni Bancin kepada Serambi, Sabtu (26/3).

Jhoni mengatakan sejauh ini kondisi masih aman dan ratusan jiwa warga yang bermukim di lereng pebukitan Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan juga masih tenang. Namun, Jhoni berharap agar pemerintah Kota Subulussalam segera merealisasikan relokasi pemukiman penduduk Desa Lae Ikan. Sebab, pemukiman warga saat ini sudah sangat kritis akibat kerap diterjang tanah longsor.

Karenanya, relokasi rumah penduduk ke daerah yang aman menurut Jhoni menjadi salah satu solusi penyelamatan masyarakatnya. “Semoga saja pemerintah segera merealisasikan relokasi pemukiman yang telah lama kami harapkan,” kata Jhoni.

Jhoni mengatakan Jalur Jontor-Lae Ikan merupakan jalan negara lintas yang menghubungkan Aceh-Sumatera Utara, Medan yang kerap dilanda bencana tanah longsor. Setiap musim hujan terjadi longsor pada titik-titik tertentu akibat struktur tanah di sekitar jalur itu labil. Karenanya, masyarakat sekitar mengingatkan kepada seluruh pengendara yang hendak melintasi kawasan tersebut untuk terus mewaspadai kemungkinan terjadinya longsor.

Berdasarkan catatan Serambi, bencana longsor terakhir terjadi pada awal Februari lalu yang mengakibatkan transportasi darat Aceh-Sumatera Utara (Sumut), baik melalui jalur barat-lumpuh total selama beberapa hari.

Bahkan longsor yang terjadi pada bulan lalu sangat parah karena sekurangnya terdapat 35 titik longsor, dengan kondisi terparah di wilayah Pakpak Bharat, tepatnya di kawasan Desa Tanjung Mulia. Ratusan kendaraan berbagai jenis—termasuk truk pengangkut barang kebutuhan rakyat—terjebak di sekitar titik-titik longsor.(kh)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 04 Mei 2011

Camat Diminta Perjuangkan Pembangunan Jalan

Tue, Mar 22nd 2011, 08:45

SUBULUSSALAM - Ribuan masyarakat yang bermukim di bantaran sungai (Lae) Souraya, Kecamatan Runding, Kota Subulussalam meminta camatnya memperjuangkan percepatan pengaspalan jalan tembus Runding-Kuala Keppeng hingga ke Bulu Sema, Aceh Selatan. Permintaan itu disampaikan warga secara kepada Camat Runding, Masri saat berkunjung ke Desa Panglima Sahman dan Sibungke, dua hari lalu.

Dalam kunjungan rutin, Camat Masri bersama Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Suardi Nur, Kapolsek Runding, Ipda Dodi dan Danramil Runding Lettu Inf Samsul Bahri, persinol polsek dan para babinsa TNI membuka ruang tanya jawab terkait asipirasi dan sejumlah keluhan warganya. Pada kesempatan itu, warga menyatakan tidak meminta banyak kepada camat kecuali sebuah “kado” yang bisa digunakan selamanya.

“Cuma satu yang kami minta, tolong Bapak perjuangkan agar jalan antar desa ini cepat ditingkatkan pengaspalannya,” kata Jaddam Basri, tokoh sekaligus kepala desa, Panglima Sahman.

Menurut Jaddam, jika jalur tersebut telah diaspal belasan desa di Kecamatan Runding tidak lagi terisolasi. Selama ini, lanjut Jaddam, untuk menuju ke desa Dah warga Panglima Sahman yang masih bertetangga harus menempuh perjalanan darat dengan memutar arah ke Kecamatan Sultan Daulat sehingga waktunya sampai dua jam. Padahal jika saja jalan ini telah ditingkatkan bisa ditempuh sepuluh menit.

Selain itu, Jaddam juga menyampaikan saat ini masih ada delapan desa masing-masing, Mendilam, Tualang, Suak Jampak, Kuala Keppeng, Tanah Tumbuh, Lae Mate, Sibuasan, Geruguh dan sebagian desa dah yang berada di pengungsian. Apabila jalan telah ada warga tersebut dinilai akan siap kembali ke kampung halaman. Kesulitan yang dihadapi masyarakat selama ini untuk mengangkut hasil perkebunan mesti menggunakan sarana transportasi air lalu kendaraan darat ke Subulussalam.

Menanggapi hal itu, Camat Masri menyatakan akan menampung dan mendesak pemerintah melalui berbagai kesempatan. Bahkan dalam musrenbang, usulan peningkatan pengaspalan jalan Runding-Kuala Keppeng dan Bulu Sema juga disinggung. Masri yang kerap disapa mantra tani itu memaklumi keluhan masyarakat selama ini mengingat mayoritas warganya petani dan nelayan nasional. Sehingga keberadaan jalan menjadi kebutuhan utama. Dalamkunjungannya, Camat Masri menyerahkan 1000 batang bibit cokelat (kakao) bantuan dari Dinas Perkebunan setempat untuk ditanam warga di halaman perkarangan rumah.(kh)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 03 Mei 2011

Bertarung Setengah Jam, Hasan Selamat dari Cengkraman Harimau

Mon, Mar 21st 2011, 08:15

Hasan Basri (53) penduduk Desa Jabi-Jabi, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam memperlihatkan luka gores di tangannya pasca bertarung dengan seekor harimau, Sabtu (19/3) di dekat sebuah makam keramat, Desa Geruguh, Kecamatan Runding. PROHABA/KHALIDIN

SUBULUSSALAM - Layaknya film actioan, Hasan Basri mampu menaklukkan kekejaman harimau. Pria yang berusia 53 tahun itu sempat bertarung setengah jam dengan si belang. Alhasil, warga Jabi-Jabi, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam itu berhasil menyematkan diri dari terkaman Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumaterae).

Peristiwa yang cukup menggemparkan itu terjadi pada Sabtu (19/3) lalu, sekira pukul 10.30 WIB, di dekat sebuah makam keramat Geruruh lama, Kecamatan Runding.

Sejak Jumat malam, pria yang sudah enam tahun menekuni profesi sebagai nelayan tradisional pencari belut itu memang mempunyai firasat buruk. Akibatnya, dia pun tak bisa tidur. Namun, pagi harinya, meski dalam kegalauan hati, Hasan terpaksa pergi ke hutan di mana bubu-nya (pengakap belut-red) dipasang demi kebutuhan sehari-hari.

Lokasi mencari belut berjarak sekitar dua jam perjalanan dengan perahu motor dari Jabi-Jabi. Sedangkan dari tepi sungai mencapai dua kilometer. Sebagaimana lazimnya, setiap berangkat kerja, Hasan pergi bersama istrinya, Sendek (49), untuk mengurus padi di sawah mereka.

Setiba di Geruguh, Hasan meninggalkan istrinya di sawah. Kemudian, dia melanjutkan perjanan tempat dia mengambil belut. Sekitar 200 meter sebelum tiba di lokasi, tiba-tiba muncul seekor harimau berukuran 2,5 meter dari arah sebelah kanannya. Spontan, harimau tersebut menyerang Hasan. Meski terkejut, Hasan berhasil mengelak dari cakaran hewan ganas itu.

Pertarungan sengit pun terjadi antara harimau dengan Hasan seorang diri. Cakaran demi cakaran, saling tampar, dan saling serang dilakoni Hasan. Dia sempat bergumul selama 30 menit dengan binatang dilindungi tersebut. Beberapa kali Hasan terjerembab ke tanah dan sempat diinjak-injak sang raja hutan.

Hasan tak lantas menyerah. Dia terus berusaha melawan sekuat tenaga membacok dengan golok. Namun, sang harimau menangkisnya. “Saya dicakar tapi meleset. Saya bacok meleset juga. Saya terjatuh diinjak, tapi bangun lagi kemudian saya bacok kaki depannya,” terang Hasan.

Bacokan kedua Hasan mengenai kaki depan sang harimau itu hingga tersungkur. Dengan keahlian ilmu bela diri--dalam bahasa setempat disebut Tari Biyahat (tari harimau-red)--yang ia miliki, Hasan melumpuhkan harimau tersebut. Tak hanya itu, ia juga mengerahkan ilmu pengunci mulut atau taring serta cakar harimau.

Meski mempu menaklukkan si belang, baju dan celana Hasan compang-camping akibat cakaran sang raja hutan itu. Walau tidak parah, luka gores tampak di lengan, kaki, dada, dan pundak Hasan.

Pasca-pertarungan tersebut, Hasan kelelahan. Namun dia berusaha pergi meninggalkan lokasi kejadian dengan cara mundur selangkah demi selangkah. “Jika pergi membelakangi, saya khawatir harimau tersebut kembali bangkit dan menyerang saya,” ujarnya kepada Prohaba, kemarin.

Usai itu, Hasan menjemput istrinya, lalu pulang ke rumah. Menurut istrinya, saat berada di perahu, Hasan masih setengah sadar. Dia sering memainkan tangannya, seolah-olah sedang bertarung. Bahkan, saat telah sampai di rumah, Hasan sempat beberapa kali seperti akan menyerang. Tidak berselang lama, dia terkulai lemah.

Para kerabat dan tetangga berdatangan memberikan pertolongan dengan mengicik obat tradisional, untuk mengembalikan semangat orang yang baru mengalami peristiwa mengerikan. Dia dipeusijuk dan disuntik, agar luka cakar tidak inpeksi. Ratusan warga lain terus bedatangan sekadar memberikan ucapan selamat atas tragedi yang nyaris merenggut nyawa itu.

Hasan mengaku, harimau yang bertarung dengannya bukan Mbakhak--istilah warga setempat harimau peliharaan orang-orang sakti atau ulama--melainkan harimau liar. Sebab, menurut dia, Mbakhak tidak mau menyerang manusia.

“Saya tidak berani lagi ke lokasi itu. Apalagi, saya tidak dapat memastikan apakah harimau tersebut benar-benar mati. Kalau tidak, maka dia akan semakin ganas karena gagal menerkam saya,” kata Hasan.(kh)

Sumber : Serambinews.com

Wali Kota Subulussalam: Pelebaran Jalan Lae Ikan Solusi atasi Longsor

Sun, Mar 20th 2011, 08:58

SUBULUSSALAM - Pemerintah Kota Subulussalam mendesak pemerintah Aceh untuk merealisasikan pelebaran ruas jalan sepanjang 12 kilometer antara Desa Jontor dengan Desa Lae Ikan Kecamatan Penanggalan pada tahun 2012 mendatang. Sebab, proyek tersebut dinilai sebagai salah satu solusi untuk menekan dampak longsor yang setiap tahun melanda kasawan itu.

Wali Kota Subulussalam Merah Sakti menyampaikan itu saat akan membuka Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tahun 2012 Kota Subulussalam, dua hari lalu di Grand Mitra Hotel Subulussalam.

Sakti mengatakan bahwa jalur sepanjang jalur Jontor-Lae Ikan, rawan bencana longsor bahkan seringkali menjadi kendala dalam proses transportasi darat bukan hanya antara Kota Subulussalam-Medan tapi bagi delapan kabupaten/kota di Aceh wilayah pantai barat selatan.

Kondisi tersebut kata Bupati, telah mengancam pasokan sembilan bahan pokok (Sembako) bagi Subulussalam dan sekitarnya, termasuk ketersediaan BBM. “Karena asal hujan turun longsor akan mengancam, jadi kalau jalan ini dilebarkan kita harapkan material longsor tidak menimbun semua badan jalan sehingga transportasi tidak lumpuh total,” kata Wali Kota Sakti.

Selain itu, pembangunan dua unit irigasi di Desa Lae Langge dan Sarkea Kecamatan Sultan Daulat yang masing-masing diperhitungkan memerlukan biaya Rp 20 miliar menjadi salah satu alternatif melepaskan diri dari ketergantungan beras dari daerah lain.

Tegur Kadis
Sebelumnya, di awal acara, Wali Kota Subulussalam, Merah Sakti tampak marah berat terhadap sejumlah pejabatnya karena terlambat hadir dalam acara pembukaan Musrenbang. Ratusan hadirin dan undangan pun spontan terdiam, bahkan sebahagian pejabat dan pegawai terlihat tertunduk.

Pasalnya, dalam agenda yang dinilainya sangat penting sejumlah pejabat justru tidak hadir. Padahal, kata Bupati, sejumlah undangan lain seperti imum mukim, kepala desa dan tokoh masyarakat telah datang sejak pagi hari dari tempat mereka yang cukup jauh namun harus kecewa lantaran para pejabat justru berleha-leha bahkan tak hadir.

Dua pejabat yakni Inspektur Inspektorat dan Kepala Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berancana menjadi tumpahan kekesalan orang nomor satu di Kota Subulussalam tersebut. Sebab, dua pejabat itu tidak ada saat acara telah dimulai bahkan Inpektur Inspektorat, Abdul Hamid hanya diwakili stafnya. Sedangkan Kepala Pemberdayaan perempuan dan KB, Rahmiati terlambat beberapa menit.

Camat Longkib, Mawardi juga mendapat teguran keras karena saat acara telah dimulai dia justru berada di luar ruangan. “Camat Longkib mana dia, ikut acara atau minum kopi. Inspektorat di mana, kepala pemberdayaan perempuan juga ke mana?,” tanya Wali Kota Sakti dengan nada tinggi.

Karenanya, Sakti yang dikonfirmasi usai acara Musrenbang menyatakan akan mengevaluasi kinerja para pejabatnya selama enam bulan terhitung sejak 7 Januari 2011 lalu. Ditegaskan, apabila dalam enam bulan para pejabat di Subulussalam masih belum mampu menunjukkan kinerja yang baik akan dimutasi alias reshuffle.(kh)

Sumber : Serambinews.com