Kamis, 03 Maret 2011

Lintas Subulussalam-Kutacane Masih Terhambat

Thu, Jan 20th 2011, 08:49

SUBULUSSALAM - Rencana pembangunan ruas jalan tembus Gelombang (Kota Subulussalam)-Muara Situlen (Aceh Tenggara) tampaknya belum dapat terealisasi pada anggaran tahun 2011 lantaran terbentur dengan permasalahan lingkungan.

“Tampaknya masih ada hambatan lingkungan dengan Walhi,” kata Wali Kota Subulussalam, Merah Sakti saat dikonfirmasi Serambi Selasa (18/1) usai menandatangani kesepakatan KUA PPAS di gedung dewan setempat.

Ruas jalan yang menghubungkan Subulussalam-Aceh Tenggara sepanjang 110 kilometer itu dikabarkan akan melintasi hutan lindung Leuser sehingga mendapat protes dari pemerhati lingkungan. Karena itu, saat ini Pemerintah Kota Subulussalam melalui Dinas Perkebunan dan Kehutanan berupaya untuk mencari solusi seperti dengan meninjau ulang RTRW sehingga jalan yang sangat dibutuhkan oleh manusia tersebut dapat diwujudkan.

“Kemungkinan kita terbentur dengan pihak Walhi, makanya nanti akan kita cari celah seperti meninjau kembali RTRW melalui dinas perkebunan dan kehutanan,” tandas Merah Sakti yang didampingi Ketua Komisi B DPRK, Netap Ginting.

Seperti sering diberitakan, guna meningkatkan perekonomian masyarakat, Pemerintah Kota Subulussalam melalui dana APBA berencana membangun jalan tembus Subulussalam-Kutacane. Program tersebut sangat berdampak positif terhadap roda perekonomian masyarakat di kedua daerah.

Mengenai hal ini juga pernah dilontarkan oleh Kepala Badan Perencaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Ir Iskandar M.Sc. Namun, program ini ditentang oleh aktivis lingkungan hidup karena dinilai dapat merusak ekosistem di kawasan hutan lindung dan TNGL.

Di sisi lain, puluhan ribu masyarakat Kota Subulussalam dan Aceh Tenggara sangat mendambakan terealisasinya jalan tembus tersebut. Selama ini, satu-satunya jalan utama yang menghubungkan dua kabupaten bertetangga itu harus melewati Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Dairi atau Tiga Lingga, Kabanjahe) dengan jarak tempuh tujuh jam perjalanan.

Sementara apabila jalan Muara Situlen dibuka, maka jarak tempuh Subulussalam Kutacane hanya dua jam perjalanan darat. “Kalau jalan ini jadi dibangun akan sangat membantu perekonomian masyarakat dan kemajuan daerah. Perlu diketahui bahwa hajat hidup manusia lebih penting dibanding hewan,” tegas Sapri Tinambunan, warga Sultan Daulat.

Menurut Sapri, sebenarnya jalan tembus Subulussalam-Kutacane melalui desa Kampung Bakti itu hanya perlu diperluas saja, karena badan jalannya sudah ada. Jika program itu terwujud, Sapri menilai akan berdampak positif terhadap daerah khususnya Kecamatan Sultan Daulat yang akan menjadi daerah transit.

Selain jalur Subulussalam-Kutacane, sejumlah masyarakat setempat juga meminta pemerintah segera merealisasikan jalur Runding-Bulusema, Aceh Selatan dan Runding-Kuala Baru, Aceh Singkil. Kedua ruas tersebut telah lama direncanakan namun sampai sekarang terkatung-katung oleh berbagai masalah.(kh)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar