Senin, 15 Agustus 2011

Musim Kemarau, Warga Subulussalam Krisis Air Bersih

Senin, 8 Agustus 2011 09:40

SUBULUSSALAM - Musim kemarau yang melanda Kota Subulussalam selama sebulan terakhir ini menyebabkan warga setempat krisis air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air, sebagian warga terpaksa mencari sumber air ke sungai Kombih yang terletak di Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan. Sementara untuk keperluan minum dan memasak warga terpaksa membeli air isi ulang setiap hari.

Bahkan tak sedikit pula warga yang memasok air bersih dengan menggunakan armada pemadam kebakaran. Ny Herlina, seorang ibu rumah tangga Kota Subulussalam kepada Serambi, Sabtu (6/8) mengatakan, sejak dua minggu terakhir sumur di rumahnya mulai mengering dan airnya keruh. Ia mengaku hanya bisa mengandalkan air sumur sebagai sumber air bersih karena sarana Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum sampai di lorongnya.

Hal senada disampaikan warga lainnya, Jamilah yang mengaku air sumurnya mulai keruh dan terancam kering. Ia terpaksa bolak balik mengambil air dari sumur mengendapkannya di dalam ember besar. Setelah jernih baru digunakan. “Semoga saja hujan segera turun agar kekeringan yang melanda daerah ini segera berakhir,” kata Jamilah.(kh)

Sumber Serambinews.com

Kamis, 04 Agustus 2011

Jalan Subulussalam telan dana Rp29,7 M

SUNDAY, 10 JULY 2011 20:24

SUBULUSSALAM - Untuk pembangunan jalan sepanjang 16 kilometer aspal hotmix serta 12 kilometer pengerasan, Pemerintah Kota (Pemko) Subulussalam mengarahkan Dana Penyesuaian Infrastruktur Prasarana Daerah (DPIPD) sebesar Rp 29,7 miliar dari pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan.

Walikota Subulussalam, Merah Sakti, mengatakan peningkatan infrastruktur jalan ke daerah-daerah yang selama ini masih terisolir diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar. “Dana DPIPD untuk Pemko Subulussalam sudah kita terima sebesar Rp 29,7 miliar. Dana ini semuanya untuk peningkatan jalan,” katanya, tadi malam.

Program rehabilitasi atau pemeliharaan jalan yang menghubungkan ibu kota ke desa-desa, kata walikota, merupakan program prioritas Pemko Subulussalam. Sebab, infrastruktur jalan tersebut merupakan sarana vital bagi masyarakat maupun peningkatan roda perekonomian di pedesaan.

Karena itu, lanjut Sakti, kucuran dana pemerintah pusat tersebut diarahkan menggarap peningkatan infrastruktur jalan ke daerah-daerah yang selama ini masih terisolir sepanjang 16 kilometer aspal hotmix serta 12 kilometer pengerasan.

Secara rinci disampaikan, jalan yang akan dibangun meliputi ruas ujung aspal Jambi Baru Kecamatan Sultan Daulat menuju Desa Dah, Kecamatan Runding sepanjang empat kilometer meter aspal hotmix dan 7,8 km pengerasan.

Kemudian, ujung Aspal Jalan Longkib menuju Ginasing, Kecamatan Longkib ditambah dua kilo meter pengaspalan dan 4,5 m pengerasan. Selanjutnya, kata Sakti, pengaspalan ruas Panglima Saman ke Lae Mate, Kecamatan Runding sepanjang 1,3 kilometer ditambah pengerasan 2,8 kilometer.

Sedangkan di Kecamatan Simpang Kiri, Desa Suka Makmur Bakal Buah akan dilanjutkan pengaspalan sampai ke Buluh Dori, sepanjang empat kilometer yang berbiaya sekitar Rp6 miliar.

“Jadi, semua dana DPIPD ini untuk pembangunan insfratruktur jalan, tidak ada untuk program lain, karena ini sangat dibutuhkan masyarakat. Kalau jalan sudah bagus warga akan mudah memasarkan hasil kebunnya seperti kelapa sawit atau karet, bukan seperti selama ini pertanian masyrakat dikuasai oleh tengkulak yang notabene lintah darat,” tandas Sakti.

Di sisi lain, Sakti mengatakan, Pemko Subulussalam mendapat kucuran dana untuk pembangunan kembali transmigrasi Suak Jampak tahun 2012 mendatang senilai Rp 12 miliar.

Hal itu berdasarkan kesepakatan pemerintah dengan Dirjen Pembinaan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (P2KTrans) belum lama ini di Yogyakarta. Dana tersebut, lanjut Sakti, akan dipergunakan untuk membenahi kembali daerah transmigrasi Suak Jampak yang telah ditinggalkan akibat konflik lalu.

Sumber Waspada.co.id

Ulat Bulu Masuk ke Subulussalam

TUESDAY, 28 JUNE 2011 12:49

SUBULUSSALAM - Wabah ulat bulu yang beberapa bulan lalu sempat heboh dan menjadi bahan pemberitaan di Pulau Jawa, kini sudah masuk wilayah Kota Subulussalam, tepatnya di Desa Muara Batu-Batu dan Panglima Sahman, Kecamatan Runding. Ratusan bahkan mungkin ribuan ulat bulu menempel dan merayap di sejumlah pohon dan dinding rumah penduduk.

“Ulat bulu sudah mulai masuk ke Runding, memang belum menyerang tanaman, tapi sudah banyak pohon-pohon yang tidak berdaun karena diserang ulat bulu,” kata Kepala Desa Panglima Sahman, Jaddam Basri.

Hingga kini warga belum tahu pastinya nama ulat bulu tersebut. Warnanya ada yang hitam dan kuning, ada yang besar dan sebesar jari kelingking. Jaddam mengatakan, keberadaan ulat bulu di daerahnya baru diketahui warga sekitar tiga hari terakhir. Hal itu setelah puluhan ulat bulu menempel ke dinding rumah penduduk. “Baru beberapa hari ini diketahui itupun setelah menempel ke rumah-rumah warga, kalau tidak disapu makin banyak,” ujar Jaddam.

Jaddam juga memperlihatkan puluhan batang pohon di sekitar rumah penduduk yang kondisinya sudah tanpa daun akibat diserang. Sejauh ini, ulat bulu itu baru menyerang pohon yang dalam bahasa setempat disebut ‘bumbung’. Namun, banyaknya jumlah ulat bulu yang dikuatirkan akan merembet ke sejumlah tanaman pertanian dan perkebunan masyararakat.

“Kalau ini dibiarkan akan merembet ke tanaman pertanian masyarakat, kalau sempat sayuran yang diserang maka petani akan menderita,” tambah Jaddam. Karena itu, ia meminta instansi terkait di Pemko Subulussalam turun tangan guna melakukan tindakan pencegahan sebelum wabah ulat bulu di Runding semakin merebak.

Sumber waspada.co.id

Rabu, 03 Agustus 2011

LSM : Laot Bangko rusak hutan

TUESDAY, 21 JUNE 2011 19:05

SUBULUSSALAM - Dinilai melanggar Hak Guna Usaha (HGU) dengan merambah/merusak kawasan di luar HGU yang ada, izin HGU PT Laot Bangko (LB) di Babah Luhung Kecamatan Simpang Kiri, Subulussalam diminta tinjau ulang.

Permintaan itu disampaikan Ketua LSM Wanagreen Subulussalam, Suparta, sore ini.

Dikatakan, melalui peta Geographic Information System (GIS) versi Disbunhut Kota Subulussalam Suparta memperoleh informasi kalau PT LB telah melakukan perambahan di luar batas izin yang telah ada sekira 200 hektar.

Karenanya Suparta berharap Pemko Subulussalam segera melakukan evaluasi. "Tolong dievaluasi kembali kawasan perkebunan kelapa sawit di Babah Luhung, tepatnya di afdeling IV," tulisnya menilai, perusahaan ini telah melakukan perambahan untuk kepentingan pribadi tanpa berniat melestarikan hutan di kawasan perbatasan perkebunan.

Subangun Berutu, Kahumas PT LB, di Jontor, mengatakan kalau penilaian itu tidak masuk akal.

Alasannya, lokasi yang dipersoalkan, Afdeling IV (bukan III) sebelah timur berbatas dengan hutan bebas berstatus Areal Peruntukan Lain (APL). Lalu, sekira tiga tahun silam keluar izin kepada PT Gunung Pudung, menyusul sebelumnya kepada PT Matras Kec. Sultan Daulat semasa Aceh Singkil.

Sementara sebelah timur dengan pemukiman penduduk Kec. Simpang Kiri dan Sultan Daulat, sebelah utara Kec. Sultan Daulat dan selatan Transmigrasi SKPC Kec. Penanggalan.

Tak benar PT Laot Bangko melakukan perambahan di luar HGU," jelas Subangun menambahkan, dari luas 6.800 ha lokasi PT LB di 9 afdeling, baru 4 yang dibuka, yakni afdeling 1, 2, 3 dan 7.

Sumber : Waspada.co.id